Kisah Top Ittipat : The Billionaire

“Apapun yang terjadi jangan pernah menyerah,
kalau menyerah habislah sudah.”
- Top Ittipat -


Ketika ada orang yang menyebutkan nama Mark Zuckerberg atau Steve Jobs, mungkin sebagian besar dari kita langsung ingat pada sosok mereka, sebagai pengusaha sukses yang mendunia. Tetapi jika ada yang menyebutkan nama Top Aitthipat Kulapongvanich – atau biasa dipanggil Top Ittipat, kita mungkin bertanya-tanya, siapa dia? Atau jangan-jangan malah banyak orang yang tidak tahu bahwa itu adalah sebuah nama.

Top Ittipat adalah seorang anak muda kelahiran Thailand yang saat ini berusia 26 tahun. Di usianya yang masih sangat muda, Top ternyata telah menjadi seorang miliuner muda. Walaupun masih ukuran belia, ia sudah bisa membuktikan bahwa dirinya patut diperhitungkan. Top merupakan salah satu contoh yang menunjukkan kepada kita bahwa kesuksesan dapat diraih kapan saja.

Siapa sih, Top Ittipat?

Awalnya, Top adalah seorang remaja yang biasa saja. Sama seperti kebanyakan remaja pria lainnya, Top memiliki hobi bermain game online. Bahkan, saat ia berusia 16 tahun, ia menjadi pecandu game online dan membuatnya sampai menelantarkan pendidikan. Jumlah komputer di kamarnya lebih dari 3 unit, dan semuanya dipergunakan untuk bermain game online. Namun ternyata hobi inilah yang pertama kali memperkenalkan Top ke dunia bisnis. Top mendapatkan uang dari hasil menjual item senjata-senjata miliknya di game online. Dengan bisnisnya ini, Top bahkan meraih penghasilan mencapai 1 juta Baht dan dapat membeli sebuah mobil seharga 600 Baht (sekitar 200 juta rupiah). Namun karena ini merupakan bisnis ilegal, hal ini tidak dapat bertahan lama. Rekening game online nya diblok karena ketahuan melakukan transaksi jual beli.

Dengan sisa uang yang dimiliki, Top beralih ke usaha barang elektronik. Tapi ternyata usaha itu pun gagal. Top ditipu, semua barang elektronik yang ia jual ternyata barang palsu dan uangnya pun tidak dapat kembali. Pada saat yang sama, keluarganya bangkrut dan meninggalkan utang sebesar 40 juta Baht (sekitar 12 milyar rupiah). Rumah milik keluarganya pun disita oleh bank.

Saat Top berusia 17 tahun, ia putus sekolah dan menjadi penjual kacang (chesnut) bersama pamannya. Ia berusaha mencari strategi berjualan yang baik agar bisnisnya dapat sukses. Ia juga melakukan beberapa eksperimen untuk mendapatkan resep terbaik bagi produk kacangnya agar memiliki rasa yang khas dan unik. Usahanya pun membuahkan hasil, Top membuka kedai kacang di mal dan melakukan ekspansi bisnisnya besar-besaran. Namun ternyata usahanya memiliki kendala, mesin pembuat kacang goreng yang digunakan Top menimbulkan asap dan mengotori atap mal. Pihak mal meminta Top menutup kedainya dan membatalkan kontrak kedai yang telah dibuat.

Di titik ini Top hampir putus asa. Ditambah lagi, ia tidak berhasil masuk kuliah di universitas negeri dan harus masuk universitas swasta akibat kemalasannya di sekolah selama ini. Walaupun sedang bangkrut dan terlilit banyak hutang, orangtua Top masih terus berusaha agar anaknya dapat kuliah. Top menolak tawaran orangtuanya dengan mengatakan akan membiayai kuliahnya sendiri. Akhirnya Top bisa kuliah dengan menggadaikan jimat ayahnya yang ia curi.

Setelah mengalami kegagalan di bisnis kacang, Top kembali memutar otak. Ia menemukan ide baru untuk menjual rumput laut goreng. Ia kembali memulai bisnis ini dari bawah. Segala hal dilakukannya untuk mengembangkan bisnis. Ia mencari sendiri rumput lautnya, serta belajar bagaimana cara menggorengnya agar hasilnya baik dan enak. Ia juga mempelajari bagaimana caranya agar rumput laut gorengnya tidak cepat basi jika disimpan lama. Untuk mempelajari dan mengembangkan bisnis rumput lautnya, Top sendiri telah mengeluarkan biaya lebih dari 100 ribu Baht.

Tidak hanya sampai disitu, setelah menemukan resep yang pas untuk rumput laut gorengnya, Top kembali memutar otak untuk mencari jalan bagaimana memasarkan produknya ini. Akhirnya ia mendapat inspirasi untuk menjual produk rumput laut gorengnya di minimarket 7-Eleven.  Ternyata ini adalah tantangan baru lagi yang harus dihadapinya. 7-Eleven memiliki standar tinggi agar produk Top dapat dijual ke pasaran; ia diminta untuk memperbaiki kualitas kemasan produknya, serta harus memiliki pabrik agar dapat memenuhi kuota dalam jumlah besar.

Top berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi permintaan 7-Eleven, namun ia terus menemui kebuntuan. Top begitu putus asa sampai-sampai ia sempat berpikir untuk berangkat ke China bersama orangtuanya.

Namun sebelum berangkat ke China, Top kembali melakukan usaha terakhirnya untuk memenuhi permintaan dari 7-Eleven. Karena tidak punya modal, Top harus mengajukan pinjaman ke Bank, namun ditolak oleh pihak Bank karena belum cukup umur. Top baru berusia 19 tahun ketika akan membuat pabrik itu. Akhirnya Top terpaksa menjual mobil kesayangannya yang dulu dibelinya dari hasil bisnis jualan senjata game online. Top membuat pabrik kecil untuk usaha rumput laut gorengnya di kantor kecil milik keluarganya yang tersisa. Usaha dan kerja kerasnya pun tidak sia-sia. Dengan sekuat tenaga, akhirnya Top mampu memenuhi semua syarat dari 7-Eleven sehingga produknya dapat dijual di 7-Eleven Thailand. Dalam 2 tahun sejak hari itu, Top berhasil membayar semua hutang keluarganya dan berhasil mengambil kembali rumah keluarganya.

Sekarang, di usianya yang baru 26 tahun, produk rumput laut gorengnya yang dinamai “Tao Kae Noi” merupakan rumput laut goreng terlaris di Thailand, bahkan telah masuk juga ke berbagai negara lain termasuk Indonesia. Usaha Top ini memiliki penghasilan 800 juta Baht (sekitar 235 milyar Rupiah) per tahun, dan mempekerjakan sekitar 2000 karyawan.

Kisah hidup Top yang inspiratif ini menarik sebuah perusahaan film di Thailand untuk mengangkatnya ke layar lebar dengan judul “The Billionaire”.  Film ini juga telah masuk dan ditayangkan di Indonesia sejak akhir 2011 yang lalu.

Nah, teman-teman...
Kisah ini mengajak kita untuk melihat, bahwa dalam melakukan sesuatu, tentu akan banyak rintangan dan kegagalan. Tetapi jika kita berhasil untuk melewati itu semua, seluruh keringat dan airmata akan terbayar dengan kesuksesan, bahkan sangat mungkin hasilnya lebih dari yang pernah kita bayangkan. Dalam wawancaranya dengan sebuah media, Top berkata, 
Apapun yang terjadi jangan pernah menyerah,
kalau menyerah habislah sudah.

Salam
HMPS Manajemen UIB :)
 
source : corp.pelangi-tc.com

0 comments:

Post a Comment


up